Menu Tutup

Darah Biru & Putih dalam Diri K.H. Hasyim Asy’ari

sumber foto : IKANU Mesir

Pembicaraan tentang NU tanpa K.H Hasyim Asy’ari adalah bentuk pencurian terang-terangan tanpa malu. Hal ini disebabkan karena salah satu pendiri utama lahirnya NU pada 1926 adalah K.H. Hasyim Asy’ari. Tujuan organisasi ini adalah ingin menempatkan tradisi dan nilai-nilai keislaman yang muncul dan berkembang di Indonesia sejajar dengan khazanah keislaman timur Tengah dan tidak ada mendominasi satu sama lain. Serta menghormati adat istiadat dan tradisi masyarakat lokal tanpa menghilangkan identitas satu sama lain.

Asal-usul dan keturunan K.H. Hasyim Asy’ari tidak dapat dipisahkan dari riwayat kerajaan Majapahit dan kerajaan islam Demak. Dari perkawinan Muhammad Asy’ari dan Halimah lahirlah Muhammad Hasyim yang di kemudian hari menjadi orang besar dan diakui sebagai pahlawan perintis kemerdekaan nasional, yang lebih dikenal dengan nama K.H.M. Hasyim Asy’ari. Silsilah dari ibunya adalah Muhammad Hasyim Asy’ari bin Halimah binti Layyinah binti Sichah bin Abdul Jabbar bin Pangeran Sambo bin Pangeran Banawa bin Jaka Tingkir (mas Karebet) bin Prabu Brawijaya VI (Lembu Peteng),Raja Majapahit terakhir.

 Lahir 24 Dzulqa’dah 1287 Hijriyah atau 14 Februari 1871 Masehi di Jombang, K.H.M. Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Nama lengkap beliau adalah Muhammad Hasyim Asy’ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim, yang mempunyai gelar pangeran Bona, bin Abdul Rahman (Jaka Tingkir Sultan Hadiwijoyo), bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fatih bin Maulana Ishaq, dari Raden ‘Ain Al-Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri. Jadi, dari nasabnya K.H. Hasyim Asy’ari merupakan campuran dua darah atau trah, satunya darah biru,ningrat,priyayi,keraton, dan satunya darah putih, kalangan agama, kiai, santri.

Tanda-tanda kebesaran K.H. Hasyim Asy’ari, dari buku “Tentang Sejarah Hidup K.H.A Wahid Hasyim,” sebenarnya sudah terlihat pada waktu beliau di dalam kandungan. Konon, di awal kandungannya,ibunya bermimpi melihat bulan purnama jatuh dari langit dan tepat menimpa perutnya. Tanda-tanda lainya adalah lama masa sang ibu mengandung, yaitu selama 14 bulan. Umumnya hanya sekitar 9 bulan. Dalam pandangan masyarakat Jawa, kehamilan yang sangat panjang mengindikasikan kecemerlangan sang bayi di masa depan. Apalagi, di masa 14 bulan tersebut, ibunya sering melakukan puasa dan rajin melakukan ibadah shalat malam dan berdzikir kepada Tuhan.

Sumber : Biografi singkat K.H. Hasyim Asy’ari (karya Muhammad Rifai )

Penulis : Miftahudin (Kader IPNU Anak Cabang Pecalungan)
Editor : Ahmad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *