Menu Tutup

IPNU dan IPPNU Mau Nikah Muda? Cek Dulu Sebelum Ambil Keputusan nya

Pernikahan atau dalam Perundang-undangan di Indonesia disebut perkawinan, yaitu ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ( UU Nomor 1 Tahun 1974 Bab 1 Pasal 1).

Ilustrasi | Pelajar NU Batang

Berbicara tentang pernikahan, kita juga pasti akan membicarakan umur atau usia ideal untuk menikah. Tahu kan kalian, jika usia ideal menikah untuk perempuan itu 21 tahun dan laki-laki 25 tahun?? Harus bangeet yaa ikut usia ideal untuk menikah? Hemmm Jawabannya Ya harus banget Kenapa?

Pertama, karena di usia 21 tahun yang merupakan usia minimal perempuan untuk menikah akan menentukan kesiapan fisik, terutama hamil & melahirkan, emosi dan mental serta dimensi kesiapan lainnya. Hasil studi di 55 negara yang berpendapatan menengah dan rendah menunjukkan adanya hubungan antara usia ibu saat melahirkan dengan angka kejadian stunting, artinya makin muda ibu saat melahirkan makin besar kemungkinan untuk melahirkan anak yang stunting (Finlay, Ozaltin and Canning, 2011).
Kedua, kenapa laki-laki harus berusia 25 tahun untuk menikah dengan pertimbangan perannya sebagai suami. Seorang suami harus siap untuk menghidupi keluarga kecilnya, harus sudah memiliki kesiapan keuangan dengan memiliki pendapatan / penghasilan.

Dizaman sekarang sudah bisa kita lihat banyak teman-teman kita yang nikah muda. Nikah muda itu baik atau tidak si menurut kalian? Yuk kita bahas.

Suatu ketika ada salah satu temanku yang bertanya “Nikah muda itu rasanya gimana? Mungkin enak ya? ” Eits…
Mari kita pertimbangankan baik-baik,
Waktu Aku menjabat di pengurus ranting IPNU, Wakil Ketua IPPNU di ranting ku menikah sebelum masa periodenya selesai. Ia berusia sekitar 17 dan pria yg dinikahinya berusia 19 tahun. Setelah setahun dari pernikahan nya ia melahirkan seorang anak, tidak lama kemudian hubungan antara mereka berdua berakhir dan cerai.

Banyak teman-teman ku yang bertanya, “kok bisa ya malah mereka bercerai?” padahal sewaktu pacaran mereka berdua terlihat sangat bahagia. Dan ku kira mereka menjadi pasangan yang abadi. Ternyata perkiraan ku salah.

Kenapa hal ini bisa terjadi ya? Mungkin memang takdir yang diberikan Allah. Namun sebelum bicara tentang takdir, kita lihat dulu sebab musababnya.
Secara psikologis usia mereka berdua masih dalam masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Secara tidak langsung tingkat emosi mereka masih tinggi, apabila mereka dihadapkan dengan suatu masalah. Yang muncul dulu adalah amarah karena melihat pasangan nya yang salah dalam bertindak, dan adanya kesalahfahaman yang mereka hadapi.

Mengambil keputusan saat marah akan mengakibatkan hal yang tidak diinginkan dan berisiko besar. Salah satunya seperti cerita diatas.

Meski ada yang berkata dewasa itu tidak diukur dengan usia. Namun usia juga sangat berpengaruh dengan adanya sikap kedewasaan.
Sikap dewasa yang dimaksud adalah ketika dihadapkan dengan suatu masalah, ia tidak malah membesarkan masalahnya namun berfikir mencari solusi yang bijak untuk menyelesaikan masalah nya. Jangan malah langsung marah-marah, sering nya kalau diusia remaja kalau ada kesalahan respon nya marah. Kalau masih seperti ini berarti sikap dewasamu perlu diasah lagi.

Melanjutkan cerita diatas tadi, yang dulu sewaktu pacaran sering keluar bersama, makan bersama, Jalan-jalan bersama. Sekarang keduanya malah menjadi dudo dan rondo. Kasihan ya…

Mengambil pelajaran darinya, bahwa untuk menikah tidak hanya didasari oleh cinta saja, namun kesiapan mental dan juga finansial untuk menunjang kebahagiaan.

Kalau sudah cerai seperti ini siapa yang bertanggung jawab? Otomatis masing-masing kedua belah pihak orang tua mau tidak mau harus menanggung akibat nya.

Sebenarnya sangat disayang kan jika sampai terjadi perceraian, padahal hal yang paling dibenci Allah SWT adalah perceraian.

Siapa si yang tak mau menikah? Kebanyakan orang memilih ingin menikah. Mengambil pelajaran tersebut, kalau mau menikah memang harus dipersiapkan semua nya. Siap mental, siap menanggung tanggung jawab yang lebih besar khusus untuk laki-laki harus sudah punya pekerjaan tetap supaya ketika sudah berumah tangga tidak stres dengan urusan keuangan. Kesiapan mental artinya mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi nya. Menikah itu bukan kompetisi kok.. Tenanglah, tak perlu keburu nikah, kalau memang keadaan belum siap.

Mau tidak mau kalau sudah menikah pasti bakal berurusan dengan uang. Beda jika kamu masih single, masih bebas. Kamu belum merasakan tanggungan untuk keluarga.

Anak muda banyak yang menganggap, nikah itu menyenangkan dan membuat bahagia. Namun apabila asumsi itu tidak diimbangi dengan kesiapan yang sudah Aku bicarakan diatas. Maka yang terjadi adalah kesusahan dan berisiko besar jika tidak bisa menyelesaikan nya. Jangan sampai ini terjadi, kasihan juga kedua orang tua kita kalau peristiwa ini bisa terjadi.

Selain berbicara tentang risiko yang dialami nikah muda. Ada pula sisi baiknya dengan adanya nikah muda, pertama kalian bisa terhindar dari dosa zina. Karena tak sedikit anak muda yang terjerumus berbuat zina, pelecehan seksual dan sebagai nya. Dengan adanya pernikahan akan menjadikan kalian terhindar dari perbuatan zina.

Yang kedua adalah diusia yang masih sama-sama muda kalian bisa bekerjasama misalnya membangun bisnis bersama. Merencanakan untuk sukses bersama… Wah romantis ya…

Nah, sekarang gimana sudah siap menikah apa belum? Bijaklah dalam mengambil keputusan.

Penulis: Muhammad Asrofi
Editor: Dewi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *