Menu Tutup

KAJIAN CINTA #2 : Kenapa Cinta Membuat Kita Halu Terhadap Dia (Padahal Gak Ada Apa-apa)

Ilustrasi | Pelajar NU Batang

Selamat sabtu malam, selamat datang di kajian cinta lagi hehe, yang belum baca kajian pertama baca dulu deh, karna kajian ini sangat perspektif jadi semakin banyak baca bakal semakin terbuka bagaimana cara kita memandang cinta, hehe yuuk…

Kenapa ditulisan sebelumnya yang ditanya adalah yakin yang kita rasain adalah cinta? Hehe yakiiin doong tidak ada yang dapat mengalahkan apa yang aku rasakan untuknya, apa yang kamu rasakan setelah bareng-bareng sama dia? Tambah nyaman, atau nyaman banget, atau malah tambah ruwet hehe…

Aku gak nyalahin siihh, emang karna cinta itu konflik, yang mau menghujat, tahan dulu tahan hehe… Kenapa konflik, karna jika kita berhadapan dengan orang lain, yang terjadi kita saling mengobyekkan, ya apa ya mau ngomong cinta itu agung, cinta tanpa pamrih, ndak bisa, begitu kita ketemu dua individu yang notabene-nya adalah subjek kita justru saling mengobyekkan.

Menjadikan dia obyekmu dan dia menjadikan kita obyek dari dirinya, Maka karakter dasarnya cinta adalah konflik, kita saling ingin membelenggu kemerdekaannya, coba deh inget, kapan kita gak marah pas doi jalan sama yang lain, terus kita taunya dari orang lain, wkwk… emosi jiwa mesti gremeng dalam hati mesti.

Lanjut, ciri cinta yang kedua itu paradoks, seolah-olah memberikan kebebasan, kayak inget gak pas kita suka sama orang terus kita insecure karna dia terlalu uwuw buat kita uhuh, atau dia Pengurus Cabang dan kita cuman Pengurus Ranting? Wkwk… atau pas dia jadi pembicara, dan kita cuman peserta Makesta, kebebesan macam apa yang kita tawarkan? mesti pas kita tau dia sama yang lain, nangis mesti kita hehe…

Apa yang membuat kita cinta dengan dia, karna dia Pengurus Cabang? karna dia pandai jadi Instruktur?, pinter waktu ngisi Makesta?, story wa-nya sangat inspiratif? Wkwk… alasan-alasan ini yang menjadikan ia objek, objek dari keinginan kita, dia yang selalu jadi versi kita, akhrinya dalam cinta subyeknya hilang, semuanya sama-sama memudar menjadi obyek.

Tidak ada subyek dalam cinta, masing-masing pihak adalah objek, jadi kek pertarungan saling mengobyekkan akhirnya dua-duanya kalah, kalah dalam dunia paradok-nya cinta.

Jadi seolah dua-duanya sama pasrah, sama-sama aku hanya milikkmu, dia juga bilang aku hanya milikmu, sama-sama memasrahkan diri, dan sama-sama menjadi objek, menghilangkan individualitasnya, jadi kayak semacam sama-sama ingin merdeka tapi ternyata membelenggu karnanya. Sartre sama Simon de Beauvoir Bersama tapi saling membebaskan karna mereka tidak ingin terjebak pada cinta yang Utopis.

Lalu kenapa cinta kadang bikin gelisah? Karna kita saling mengobjekan tadi itu, dan terkadang kita tidak bisa menjadi diri kita sendiri, selalu saja kita ingin menjadi versi dari yang dicintai, hayo ngaku… aku banget itu lalu pertanyaanya kan kenapa kita begini? Karena kita takut kehilangan, padahal kan daun yang jatuh tidak pernah membenci angin yah, dan apa-apa yang hilang darimu datang dalam bentuk lain kata Rumi.

Setelah kita tahu, cinta adalah Konflik, cinta adalah paradoks pada akhirnya cinta adalah kegagalan seseorang untuk mempertahankan dirinya sebagai subjek.

Kayaknya cinta jelek banget yak, ya karena cinta dipandang membelenggu, pada perkembangannnya, cinta akan mentransformasikan dirinya sebagai entitas yang penuh dengan motif memiliki, nah lho, dan cinta seolah-olah selalu bersebelahan dengan harapan, sedang puncak daripada harapan adalah menjajah memiliki.

Cinta adalah pengekangan kebebasan, seseorang akan berharap dirinya untuk terus dicintai dan begitulah pasangannya punya harapan serupa, orang yang saling mencintai pada hakikatnya terpenjara hanya saja ia tidak merasa.

Lalu kata Sartre cinta itu Nausse alias bikin mual, kenapa? Karena orang yang mencintai hakikatnya ingin memiliki dunia orang yang dicintai, inget gak pas jaman PDKT dia asik banget pas udah jadian berubah total? Wkkww iyyah aku iyyah kamu mah enggak bakal lah hehe…

Terjebak dalam dunia orang lain dan berada didalamnya, sedang untuk diri kita sendiri hilang, cinta ada tapi versi orang lain bukan versi kita, tapi kadang nausse juga di artiin memuakkan, kek dia yang susah bet di dapetin kan muak yak wkwk…

Kok kayaknya dari tadi cinta jelek bet yak haha… Karena kita tidak benar-benar jadi diri kita sendiri, next kita belajar bagaimana cara mencintai dengan baik dan benar, gacuman baik tapi juga benar.

Penulis: Yuhri Ikhsan
Editor: Hafedz

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *