Menu Tutup

Stop Insecure, Mari Bersyukur

Dunia tempat kita tinggal memiliki standar kesempurnaan tersendiri. Perihal pekerjaan, pernikahan, gaya hidup, kesuksesan, bahkan tentang tubuh. Lalu kebanyakan kita tanpa disadari terbawa arus konsepsi kesempurnaan tersebut. Akhirnya kita kehilangan jati diri, yang tersisa hanyalah keinginan untuk memenuhi tuntutan kerumunan. Kebahagiaan menjadi barang semu, benih-benih insecure pada akhirnya menjadi bayang-bayang tak berkesudahan.

Konsepsi kesempurnaan yang terus dipupuk dari segala sisi kehidupan, lama kelamaan tumbuh semakin mengerikan. Mereka yang dianggap tidak sempurna seolah tidak memiliki tempat di bumi ini. Perihal penampilan misalnya, sering kita jumpai dalam brosur lowongan-lowongan pekerjaan, penampilan menarik menjadi poin utama syarat pendaftaran.

Memang tidak bisa kita pungkiri, dunia kita masih membutuhkan tubuh yang menarik. Iklan produk-produk kecantikan dan akun-akun make up yang mengusung konsep before-after, semakin memframing masyarakat perihal kecantikan. Padahal manusia bukan hanya perihal tubuh, manusia adalah keserasian antara tubuh, hati dan pikiran.

Terkadang kita perlu sejenak menepi dari hiruk pikuk dunia, memberi jeda pada hati untuk mendamaikan diri. Mengendalikan keinginan-keinginan, mencoba menemukan diri. Kamu sebagai pribadi bukan bayang-bayang kesempurnaan dunia. Seringkali kita tidak menyadari bahwa setiap hal dalam diri kita merupakan keindahan.

Perasaan insecure muncul karena kita belum mengenal diri kita, keindahan kita. Lalu bagaimana kita akan bersyukur jika kita tak pernah mencintai diri? Saya rasa langkah pertama dalam bersyukur adalah mengenali diri. Karena dengan begitu kita akan menemukan keistimewaan diri kita dan mampu memanfaatkannya untuk semesta.

Percayalah bahwa dirimu istimewa dan indah di mata Tuhan. Tubuhmu, jerawatmu dan segala hal tentangmu adalah ciptaan terindah dari Tuhan. Baik dan buruk hanyalah perspektif manusia. Seperti halnya kata Rumi “jangan kau jual dirimu dengan harga yang murah, padahal kamu sangat indah di mata Tuhan”.

Sejenak kita perlu kontemplasi diri, kita tidak akan pernah bahagia jika kita tidak berhenti membandingkan. Melawan dunia dan segala standar kesempurnaannya bukanlah hal yang mudah. Namun satu hal mungkin untuk kita lakukan, yaitu pikiran kita sendiri.

Pemikiran tentang tubuh yang gendut, pendek, kurus, wajah yang berjerawat, dan segala pemikiran negatif lainnya tentang kita. Ada baiknya untuk bersikap apatis terhadap hal-hal yang menjadikan kita insecure.

Mengenali diri lalu menjalankan peran dengan sebaik-baiknya. Hidup dalam prinsipmu sendiri bukan dalam bayang-bayang orang lain, dengan begitu kita akan menemukan kebahagiaan. Bukankah begitu kata Aurelius? “Kabahagiaan itu kebebasan berpikir atas kehidupan yang dijalani”.

 Yukk ah kita hijrah dari pemikiran-pemikiran itu dan berdamai dalam nikmat syukur. Salam semangat untuk jiwa-jiwa yang istimewa

Penulis: Diana Putri Umami
Editor : Ismaturosidah

foto penulis: Rekanita Diana Putri Umami
kader IPPNU Ranting Ngaliyan, Limpung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *